Kapan lagi kan, belanja cinderamata sambil menikmati keindahan filosofis historis dari kain dan bangunan suku Sasak dalam satu tempat?
LOMBOK SUMBAWA TRAVEL – Jika gunung, bukit, laut dan pantai hingga makanan pedas manis kuah sudah kamu cicipi, jangan dulu buru-buru beranjak menuju bandara internasional Lombok, lalu pulang! Kamu benar benar akan merugi kalau belum datang ke desa Sukarara. Liburan ke Lombok rasanya tak akan “afdol” kalau belum berkunjung ke desa penghasil tenun songket dan tenun ikat terbesar di pulau Lombok ini.
Selain itu, jaraknya dari bandara cuma 20 km lho, sayang untuk disia-siakan. Koleksi foto-foto pantai apik nan menawan-nya Lombok yang kamu upload di Instagram tidak cukup sebagai bukti kalau kamu sudah main ke pulau berjuluk 1000 Masjid ini, karena kamu juga butuh benda yang membuat liburanmu “nyata” yaitu dengan membawa “buah tangan” atau “oleh-oleh”, minimal kamu mengantongi seutas gelang kain atau sehelai sarung tenun.
Saat memasuki Desa yang terletak di kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah ini kamu akan menyadari jikalau Desa ini memang ciamik. Tidak hanya indah karena perpaduan warna pelangi yang mencolok dari kain yang disampirkan pada bambu, namun juga karena suasana ‘santai’ para perempuannya yang duduk sembari berselonjoran kaki sambil menenun dengan “alat tradisional” entah itu di depan toko souvenir mereka atau di depan rumah. Jadi jangan fikir, kalau perempuan yang menenun disini ‘hanya’ untuk menarik wisatawan, tapi karena menenun memang adalah jati diri perempuan Desa Sukarara.

Tenun Ikat Lombok, digunakan saat penyambutan tamu kehormatan atau cinderamata standard
Setiap perempuan Sukarara yang ingin menikah “wajib” bisa menenun. Nantinya, hasilnya akan diberikan kepada calon suaminya. Dalam tradisi Sasak, perempuan yang sudah menikah harus menggunakan songket yang merupakan simbol langgeng. Kain tenun sendiri bagi suku Sasak memiliki makna “kehidupan”. Kamu pasti setuju dengan filosofi ini, selain perempuan memang adalah “pembawa kehidupan bagi ummat manusia” namun juga, karena membuat sehelai kain butuh dedikasi, ketelitian, kesungguhan, dan kesabaran tingkat tinggi persis sama seperti hidup.
Kamu juga harus tau, kalau sehelai kain tenun dalam budaya Sasak sangatlah sakral, bukan hanya karena maknanya yang dalam, namun juga sebagai simbol sebuah kasta. Malahan, ada sebuah ritual khusus yang dilakukan sebelum membuat kain tenun khusus untuk anak yang baru lahir.
Warna kain di Desa Sukarara memang cantik dengan motif yang beragam. Kamu bisa menemukan kain hitam polos pekat seperti warna batu, atau menemukan 3 sampai lebih dari 5 warna dalam satu kain. Karena Sentral Kain tenun Lombok ada disini, kamu bisa menemukan lebih dari 20-an corak yang punya filosofi, simbol dan fungsi yang berbeda-beda.
Terus, harus beli kain yang mana?
Jangan pusing, walaupun ada puluhan warna dan motif yang membuat matamu menari-nari dan dompetmu menangis. Coba fikirkan untuk siapakah kain yang akan kamu beli. Lalu, tentukan dompet kamu termasuk kasta yang mana, satu, dua atau malah tiga?
01. Kasta Dompet Sultan
Sesuai namanya, ini adalah kasta untuk kamu pemilik budget liburan diatas rata-rata, kamu bisa saja beli kain yang mana saja. Tapi, gak ada salahnya kamu memilih motif Subahnale yang punya makna ‘dalem banget’ yaitu “keikhlasan dan kesabaran” serta sebagai bentuk “berserah diri ke yang Maha Kuasa”. Kain ini memang punya aura mewah. Ada garis geometris segi enam dengan isian corak bunga seperti Kenanga atau Tanjung dipadu dengan motif abstrak lainnya dalam satu kain.
Kain tenun Subahnale ini dinamakan demikian soalnya konon, orang yang pertama kali membuat motif ini sangat terkesima melihat hasil karyanya sendiri. Sehingga ia mengucapkan kalimat Subhanallah secara berulang-ulang. Karena motifnya yang eksotis, Subhanale masuk dalam jajaran kain tenun yang punya harga fantastis, hampir diatas jutaan rupiah.
Jika budget bukan hal yang berarti dan kekeuh ingin memberikan orang tercinta hadiah, seperti ibu dan ayah, Kamu bisa memilih motif Bonjor Kemalu dan Belimbing yang menyerupai sulur-sulur panjang yang memang dibuat khusus untuk laki-laki. Atau untuk ibundamu dirumah, kamu bisa membelikan beliau motif kembang empet, dan keker yang punya warna cerah.
Saking kaya dengan makna dan doa, bagi kamu yang sudah atau akan menikah, tidak ada salahnya menghadiahi pasangan atau kawan terbaikmu kain dengan motif bulan berkurung. Sebuah kain yang melambangkan kesyukuran ini biasanya dikenakan saat pasangan yang sudah menikah dan sedang berbulan madu.
Tenang, kalau kamu masih jomblo ada juga kain tenun yang dipercaya bisa menarik nasib baik bagi pemakai kain tersebut, yaitu kain dengan motif Tokek. Eits….jangan sangsi dulu, suku Sasak punya kepercayaan jika Tokek adalah hewan pembawa keberuntungan. Jadi, harapannya saat, kamu memakai kain dengan motif tersebut nasib baik akan terus nempel padamu seperti Tokek. Siapa tahu saat kamu memakai kain tenun dengan motif Tokek, mendadak jodohmu bisa muncul kan?
Tapi, wajar saja jika kain tenun Desa Sukarara harganya mahal, untuk membuatnya butuh skill yang mumpuni dan dedikasi waktu hingga berbulan-bulan untuk selembar kain. Terlebih lagi, rata rata kain dengan harga cukup mahal ini bukan hanya karena menggunakan benang emas dan perak. Tapi juga benangnya di celup menggunakan pewarna alami. Misalnya cokelat kemerahan didapat dari pohon Mahoni, dan ungu violet dari kulit manggis. Warna-warna alami ini akan memberikan warna yang kalem. Selain itu teknik pencelupan juga membutuhkan ketelitian super untuk mendapatkan warna yang diinginkan.
Sejujurnya, kamu tetap worth it kok, mengeluarkan uang yang tidak bisa dibilang sedikit untuk selembar kain. Karena kamu sebenarnya gak hanya membeli kainnya, namun juga karya seni luar biasa, kekayaan historis, serta doa-doa yang diharapkan sang penenun kain tersebut.
02. Kasta Dompet Menangis
Jika budget-mu memang sangat-sangat tipis, membuat hati meringis, tidak perlu khawatir untuk tidak membawa sehelai kain cantik dari Desa Sukarara. Kamu bisa memilih sarung dengan motif dan warna bermacam-macam. Sarung sendiri sangat kental dengan budaya Sasak, umumnya sarung di Lombok juga digunakan untuk Shalat. Jadi kenapa tidak menghadiahi si dia dengan sarung yang bisa dipakai untuk beribadah?
Walaupun harganya jauh lebih murah, dan kebanyakan bahan pembuatnya menggunakan benang dengan pewarna sintetis. Kamu tidak perlu takut sarung ini luntur, benangnya terberai, atau bertekstur kasar. Memang, harganya dibawah Rp 80.000. tapi dijamin kualitasnya tak kalah yahud dengan kain-kain level atas sebelumnya.
03. Kasta Dompet Sobat Misqueen
Tapi, jika perbedaan kasta budget oleh-oleh diatas masih saja tidak cocok untuk “sobat misquuen” sepertimu. Kamu masih bisa kok bahagia. Disini, kamu bisa membawa pulang selendang dengan lebar sekitar 12cm dan panjang 100cm untuk mainan tas dan ikat kepala yang harganya mentok paling tinggi adalah Rp.20.000 atau, kamu bisa membeli paket tiga helai gelang kain seharga Rp.10.000. Cukup murah bukan?
Habis belanja saatnya pulang? Nanti dulu…
Di desa Sukarara, kamu tidak hanya disuguhi warna-warni kain tenun bak pelangi, kamu juga dapat melihat dengan jelas bangunan ikonik di pulau Lombok ini, yaitu sebuah Lumbung untuk menaruh persediaan padi yang juga merupakan inspirasi motif songket Desa Sukarara. Bangunan dengan atap jerami ini punya fondasi kayu tinggi, yang dimana kolong bagian bawahnya dibuat seperti berugak, sehingga sangat multifungsi.
Afdolnya, kamu bisa meminjam baju adat Sasak dari warga setempat, lalu kamu bisa berfoto diatas bangunan ini. Selain belanja dan cuci mata, kamu sekaligus bisa punya foto dengan background yang sarat unsur sejarah dengan balutan kain mewah. Jika di daerah wisata pada umumnya dikenakan biaya, di Desa Sukarare, Gratis dong.. kamu tinggal siap berpose sambil merasakan pengalaman nyata berkeliling Desa menggunakan pakaian adat suku Sasak.
Untuk fasilitas, Desa Sukarara tidak perlu diragukan, ada toilet dan Masjid yang siap kamu gunakan. Kamu juga tidak perlu takut belanja lalu lupa sholat. Di kecamatan Jonggat saja, yang juga merupakan tempat Desa ini berdiri, ada sekitar lebih dari 117 masjid yang tersebar. Otomatis suara adzan akan jelas terdengar.
Gimana, jadi siap belanja kan? Karena Desa wisata Sukarara tidak hanya tercipta untuk mereka yang punya dompet klimis, tapi juga untuk kamu yang isi dompetnya sedap-sedap meringis. Hehehe